Selasa, 01 Juni 2010

Walikota Siantar Bersikukuh Ruislag SMA-4

Walikota Siantar Bersikukuh Ruislag SMA-4

Kontroversi seputar tukar guling (ruilslag) gedung SMAN-4 dan SDN 122350 Pematang Siantar hingga kini belum menemui titik terang. Walikota Pematang Siantar RE Siahaan tetap bersikukuh untuk memindahkan proses belajar mengajar ke lokasi gedung yang baru di Jalan Gunung Sibayak.
Orang nomor satu di Pemko Siantar itu bahkan berdalih pihaknya tidak pernah berkeinginan merusak citra Siantar sebagai kota pendidikan. RE Siahaan berkeyakinan program ruilslag yang sudah mendapat dukungan DPRD Siantar tahun 2007 lalu akan membawa dampak positif bagi kemajuan pembangunan pendidikan dan sektor-sektor lainnya di kota berpenduduk sekitar 250 ribu jiwa itu.
Komitmen walikota tersebut bahkan mendapat sinyal dari kalangan wakil rakyat Komisi A dan E DPRD Sumkatera Utara. Namun mereka berharap RE Siahaan mampu bersikap bijaksana dan tidak gegabah dalam melaksanakan proses ruilslag tersebut.
Jangan gara-gara persoalan tukar guling dua sekolah yang terkesan begitu terburu-buru, citra kota Siantar yang selama ini dikenal sebagai kota pendidikan menjadi rusak.
Pernyataan tesebut merupakan poin dari butiran saran dan usulan Komisi A dan E DPRD SU ketika menemui RE Siahaan di Kantor Pemko Siantar, Sabtu. Kedatangan wakil rakyat tersebut guna mencari solusi persoalan ruilslag SMA negeri 4 dan SD Negeri 122350 yang terletak di Jalan Pattimura Pematang Siantar.
Ruilslag dua sekolah yang rencananya akan dijadikan hotel berbintang lima, hingga terpaksa memindahkan sekolah tersebut ke Jalan Gunung Sibayak, mengundang hujatan para siswa, guru orangtua siswa maupun masyarakat.
“Kekacauan ini terjadi hanya karena kurangnya sosialisasi pihak pemerntah Siantar kepada masyarakat, ruilsagh jika sesuai prosedur memang bukan hal yang harap.
Namun sosialisasi juga perlu hingga tidak terkesan terburu-buru dan gagah-gagahan hingga mengundang kecurigaan di tengah-tengah masyarat,” cetus anggota komisi A H Raden Muhammad Syafii.
Pertemuan itu selain menghadirkan Komisi A dan E DPRD SU juga dipimpin Wakil Ketua DPRD SU Japorman Saragih. Sedangkan anggota dewan yang hadir yakni, Ketua Komisi E Budiman P Nadapdap, Ketua Komisi A H Hasnan Said serta sejumlah anggota dewan yakni Edison Sianturi, Effendi Naibaho, Syukron Tanjung, Rinawati Sianturi, Abul Hasan Harahap, Darwis dan Toga Sianturi.
Menurut Raden Syafii ruislagh belakangan memang menjadi monster di tengah-tengah masyarakat. Ruilslag bahkan dianggap identik dengan korupsi. Namun euporia berbahaya yang bisa mengakibatkan suasana menjadi tidak kondusif ini terjadi hanya karena kurangnya sosialisasi.
“Pemko terkesan teruburu-buru karena adanya MOU yang memang harus diselesaikan dengan pihak ketiga, maka dibuatlah cara-cara orde baru dengan gagah-gagahan, dengan cara mengusir, mengosongkan  malah pakai pengawalan segala. Padahal cara-cara ini sangat berbahaya,” kata politisi Partai Bintang Reformasi ini.
Sehingga untuk mengembalikan suasana kondusif di Pematang Siantar yang juga ekses dari ruilsag SMA 4dan SD 122350 kalangan Wakil Rakyat DPRD SU sepakat mengusulkan agar Pemko Siantar mengembalikan segala mobiler yang telah dikosongkan.
Proses belajar mengajar pun agar dibiarkan tetap berjalan di sekolah yang lama di Jalan Pattimura sembari melakukan sosialisasi dan menyelesaikan proses ruislagh secara legal sebagaimanan mestinya. “Ruilslag memang bukan hal yang haram, namun perlu dilakukan sebagaimana mestinya,” ujar Japorman Saragih.
Dia meminta agar Pemko melakukan sosialisasi dan pendekatan persusasif kepada masyarakat, sembari menjelaskan sisi  yang akan menuai manfaat lebih bagi masyarakat jika ruilslag tetap harus dilakukan.
“Jika Walikota bisa melakukannya dengan sangat arif dipastikan citra kota pendidikan di Siantar tak akan rusak, bahkan RE Siahaan akan dikenal sebagai tokoh pendidikan di daerah ini,” ujarnya.
Sayangnya RE Siahaan malah tetap bersikeras untuk melakukan pengosongan dua sekolah di jalan Pattimura itu, dengan berdalih pihaknya tetap menjunjung tinggi proses belajar mengajar di Kota itu.
“Proses belajar mengajar tidak akan terganggu, dan kita telah menyediakan sekolah pengganti yang lebih layak yakni di Jalan Gunung Sibayak. Pada kesempatan itu RE juga menjelaskan gambaran-gambaran gedung sekolah serta fasilitas yang diberikan kepada para siswa, bahkan pihaknya juga telah menambah sekolah pengganti lainnya yakni SMA Negeri 5 di Jalan Medan-Pematang Siantar.
Menurut RE Siahaan proses ruilslag juga telah dilakukan melalui berbagai proses,termasuk persetujuan izin prinsip dari DPRD Pematang Siantar yang ditandatangani Lingga Napitupulu hingga penunjukan dari Depdagri. Bahkan telah dilakukan penilaian asset dari pihak konsultan independen.
Dia juga mengaku heran ketika Ketua DPRD tersebut justru kini menganggap ruilslag menjadi masalah bahkan mengancam ingin mencabut kembali tandatangan persetujuannya.
“Saya yakin kebijakan ruilslag ini sama sekali tidak akan mengganggu bahkan akan memajukan proses pendidikan yang ada di pematang Siantar, seuai juga yang menjadi visi misi saya ketika mencalonkan diri menjadi walikota pada 2005,’ paparnya.

0 komentar:

Posting Komentar